Thursday, December 24, 2009

Kamar IMC Nomor 4

Bagaimana rasa ketika kita suatu saat benar-benar sendiri di alam penantian kelak, itu hikmah yang kupetik dari 3 hari mondok di ruang intermediate care.

Waktu seolah terhenti dan masa hibernasi yang panjang membuat semua indra kehilangan fungsinya.

Saturday, September 12, 2009

Jalan Sendiri

Ya ya. Sudah lama sekali ruang ini tidak terbarui. Banyak peristiwa sejarah terlewatkan. Sejarah--paling tidak bagi kehidupanku, baerlintasan riuh-rendah untuk kemudian berlalu meninggalkan kesenyapan yang menakutkan.

Ruang ini dan beberapa ruang lain sudah dinamai untuk ditoreh. Bukan hanya tulisan. Penyedia ruang ini juga sudah mencadangkan pengaya-pengaya yang berwarna. Tapi tidak terjadi itu. Semua pergerakan itu tidak terekam baik di ruang ini dan beberapa ruang lain yang sudah dinamai tadi.

Kefatalan ini sudah menjadi pola. Bahkan sudah membaku. Akan dibutuhkan banyak anasir positip untuk memicunya dengan lonjakan-lonjakan kecil agar membantunya melecut diri bergerak dan berjalan lagi.

Lonjakan-lonjakan kecil, itu rekomendasi mendesaknya.

Sunday, October 12, 2008

Rindu Seni Kesederhanaan

Semua berubah. Everything. Every-little-thing.
Tempatku tepekur malam-malam di depan rumah memang tidak banyak berubah (kursi kayu jati butut masih yang dulu juga), tapi lanskapnya kini bernuansa lain: menara BTS dengan 2 lampu tandanya; sawah di depan kini tinggal tersisa 1/5 (1/5 sudah menjadi mushala dan kampung para pendatang. 3/5 sisanya kini telah pula dijual oleh pemiliknya dan telah menjadi hamparan tanah urug--artinya akan lebih banyak lagi para pendatang); gangguan suara bising motor-motor lalu-lalang makin rapat jaraknya; lampu-lampu rumah di sudut kanan depan kini telah bertambah lagi jumlahnya.

Ah. Betapa aku kangen dengan teh Malaysia oleh-oleh tetangga. Membayangkan pahitnya yang pas dipadu dengan 1 sendok teh krimer, 1 sendok teh gula, dan 1 cangkir air panas membuat sesak dada oleh rindu seni kesederhanaan di masa-masa itu. Kemarin kulihat botol tempat krimerku masih ada, tapi isinya sudah keras dan kuning. Pagi dini ini aku mencoba membangkitkan kenangan itu, namun aku hanya menemukan teh celup lokal dan air setengah panas di dapur. Tidak sama persis dengan dulu, tapi cukuplah.

Aku sudah tidak bisa lagi menghabiskan 1/3 malam yang kedua dengan menenggelamkan diri di depan rumah seperti malam ini dan malam-malam ketika itu karena besok pagi-pagi aku musti berangkat balik ke Jogja. Mudik lebaran tahun ini jadi pengalaman pertamaku menjadi migran.

Tidak mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Setidaknya kini aku telah menemukan irama pekerjaan baruku, lengkap dengan konflik,

Monday, December 10, 2007

Kandang Keledai

Apapun, kini aku hanya debu. Segala epos kepahlawanan itu akhirnya akan
hapus juga oleh waktu. Orang bisa benar-benar berarti suatu waktu dan
akan menjadi najis yang dikibaskan di waktu lain.
Kini, sudah tidak ada pilihan selain terus melawan! Itu kalau mau tetap
dan terus berarti!

Sunday, November 25, 2007

Takuan, Musashi, Sang Mentor, dan aku

Sudah 8 hari ini yang aku lakukan hanyalah bangun tidur pagi-pagi, seharian beraktivitas di sekre sampai malam, dan malamnya tidur lagi.

Sebenarnya tidak benar-benar sendiri aku jadi fulltimer di sekre. Ada mentor, yang karena komitmen dia dengan dunia yang kita terlibat sekarang ini, setiap hari datang pagi-pulang malam. Sudah. Kalau dia sudah datang, tidak ada hal rekreatif yang bisa aku lakukan.

Sang mentor selalu bilang, "Sekarang sudah bukan saatnya kamu hanya membaca untuk belajar. Terjun langsung ke dalam gerakan, itu yang akan bisa bikin kamu dewasa."

Aku jadi ingat Musashi dan Takuan Soho ketika Takuan memutuskan untuk memenjarakan Musashi di biara untuk meredam emosi muda Musashi yang tak terkendali. Di ruangan gelap tanpa jendela dengan hanya diterangi lampu minyak itu Musashi harus membaca suguhan ribuan kitab kuno yang kelak membuat dia dewasa dengan sendirinya karena cerapan ilmu yang dibacanya dengan terpaksa itu.

Ini bukan soal GR sehingga seolah-olah aku merasa seperti Musashi yang akhirnya menjadi orang besar. Ini sekarang soal contoh kasus yang bisa jadi terulang jika, dan hanya jika, aku bisa bekerja dan belajar di bawah tekanan (seperti yang selalu dikatakan oleh mentorku tentang sikap mentor dia terdahulu).